Minggu, 21 Februari 2010

tentang hidup

seorang gadis tumbuh di tengah keluarga yang harmonis.
walaupun terkadang terjadi pertengkaran ayah-anak setiap hari, tapi justru itulah yang mewarnai kehidupan keluarga itu.
ketika beranjak dewasa, ternyata kenyataan tidak seindah yang ia impikan
alya, nama gadis itu, bertemu dengan berbagai rintangan.
saat ia menginjak usia 17, seharusnya hidupnya indah berada di tengah sahabat yang menyayanginya.
namun kenyataannya ia hidup sendiri. sendiri di tengah keramaian.
bahkan ia dikucilkan oleh teman2nya.. dia tidak punya tempat bersandar.
setiap hari ia hanya menangis, dan selalu bertanya-tanya, sebesar apakah kesalahan yang telah ia buat hingga teman2nya tidak memaafkan kesalahannya dan mengucilkannya?
setiaaaaap hari ia hidup dalam kebohongan. membohongi diri sendiri bahwa hanya perasaannya saja ia dibenci semua orang. berpura-pura bersikap baik kepada orang-orang yang membencinya hanya supaya orang yang membencinya tidak tahu bahwa ia tahu. memasang wajah ramah namun sebenarnya hatinya menangis. bahkan 'sahabat' yang ia miliki pun tidak lagi peduli padanya. ia benar-benar sendiri.
ia bertahan hidup hanya demi menyelesaikan sekolahnya dan mengejar cita-cita sesuai keinginan ayahnya. bukan, bukan karena ia dipaksa oleh ayahnya, tapi karena ia hanya punya pilihan bertahan di sini dengan semua yang membencinya ato menjelajahi dunia baru dengan orang-orang yang baru dan kesempatan untuk memperbaiki diri.
ia memilih untuk meninggalkan tempat ia berada saat itu, saat dimana ia benar-benar terpuruk. melewatkan setahun terakhir di sekolah yang seharusnya meninggalkan kenangan indah dengan penuh rasa takut dan kebohongan.
tibalah saat ia meninggalkan rumah, keluarga, dan teman-teman yang pernah mengisi hari-harinya.
ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak berubah dan tetap menjadi alya seperti yang telah dikenal oleh keluarganya. ia pergi untuk meninggalkan kenangan masa lalu yang menyakitkan dan berharap takkan pernah membuka lembaran lama itu. dan memang ia tak mau kembali. karena tidak akan pernah ada keadaan yang sama di waktu yang berbeda, itulah hal yang ia yakini.
ia menjalani satu setengah tahun dengan indah, tak ada bayang-bayang masa lalu yang menghantuinya walau terkadang ia
stuck di satu titik yang membawanya teringat masa lalu kelam dirinya. bahkan dia berbaikan dengan egonya, bersahabat hingga saat ini. dia bisa memaafkan egonya yang (mungkin itu) membuat dia kehilangan segalanya di masa lalu.
hingga suatu hari, saat ia telah menemukan jati dirinya, ada orang yang menentangnya. tidak suka dengan dirinya yang sekarang. mungkin saja itu bentuk perhatian orang tersebut kepada alya yang tidak menginginkan alya berubah di matanya. atau mungkin orang tersebut ingin merajut kembali masa lalu dengan alya. atau mungkin juga orang itu sudah dibutakan oleh dunia sehingga amat sangat membenci alya, gadis yang sedang mencari jati diri.
tapi bukan alya jika ia berhenti lama dengan kenyataan menyakitkan itu. ia tidak peduli dengan semua itu, orang itu hanyalah masa lalu yang sedang berusaha menjegalnya. ia tidak boleh terbuai dengan nafsu duniawi yang diharamkan Tuhan. 'aku berhasil melalui masa itu. sekarang pasti aku bisa melewatinya lagi'.. tapi ternyata tidak semudah itu, egonya kembali berkomplot dengan masa lalu. alya mencoba bertahan dengan sisa-sisa kemampuannya. akhirnya ia mampu memaafkan egonya yang sebenarnya ingin menolongnya dari masa lalu itu. ia ingin terbebas dari semua masa lalu itu. alya mencoba berjalan di atas kerikil-kerikil yang terkadang melukai telapak kaki indahnya. 'anjing menggonggong kafilah berlalu' itulah yang terpatri di otaknya. maka ia terus berjalan melewatkan sisa waktu yang diberikan Tuhan untuknya untuk memperbaiki diri. ia ingat kedua orangtua yang selaaaalu menunggunya pulang. masa lalu itu ? ia anggap sebagai anjing yang menggonggong. ia tidak peduli apa kata orang lain. yang tahu dirinya hanyalah alya sendiri dan Tuhannya. dia tahu dia tidak pernah berubah, tapi yang orang lain tahu, dia berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar